Dalam kehidupan sehari-hari, tidak semua yang diingini selalu terkabul. Adakalanya atau bahkan banyak sekali hal yang selalu ingin diraih, tapi sampai saat ini belum juga terwujud. Kadang, kita merasa kecewa dan merasa belum lengkap kebahagiaan kita sebelum hal itu tercapai. Inilah sebenarnya kita sebelum hal itu tercapai. Inilah sebenarnya yang membelenggu diri kita untuk menggapai sukses yang sebenarnya yaitu ridha-Nya Allah terhadap segala yang kita lakukan.
Dalam Islam, mencari harta, jabatan, dan wanita itu tidak dilarang, asalkan menggunakan jalan yang sesuai dan tidak menabrak norma-norma. Manusia dipersilakan untuk mencari apa saja yang mereka inginkan untuk kebahagiannya (dengan catatan selalu menggunakan jalan yang benar). Tetapi lagi-lagi karena tidak semua yang diingini tiba-tiba dapat dengan mudah diperoleh, banyak kesulitan dan rintangan yang selalu menghadang kita, sehingga tidak tercapailah hal itu. Maka kita sering menganggap bahwa hidup kita ini belum atau bahkan tidak sukses.
Kekecewaan, penyesalan, ratapan akhirnya timbul dalam hati, atau lebih-lebih menyalahkan Tuhan karena tidak mengerti keinginan kita. Ini adalah hal yang harus dijauhi, karena dalam Islam kebahagiaan bukan hanya perkara keduniaan saja, tetapi ada hal lain yang harus kita peroleh yaitu kebahagiaan hidup di akhirat nanti.
Dalam kehidupan ini, adakalanya di suatu ketika kita dihadapkan pada suatu yang begitu tidak diinginkan. Misalnya, saat kita di-PHK, saat tidak diterima kerja atau saat diputuskan cinta. Ketika hal ini terjadi, kita sering merasa sebagai orang yang nahas, apes, rugi dan gagal. Perasaan kesal, sedih dan bingung bercampur-baur menjadi satu. Amarah dan kedengkian bergolak menjadi darah panas yang naik ke kepala.
Kesedihan, kekecewaan, dan emosi yang menggejolak semacam ini adalah wajar-wajar saja, karena memang sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-ma’arij ayat 20 manusia dilahirkan dengan membawa sifat keluh-kesah. Tetapi, yang perlu diingat adalah sekeras apapun kita menangis dan meratap serta sekuat apapun kita mengamuk, kegagalan yang telah terjadi tidak akan pernah berubah. Tangis dan ratapan tidak membuat semua kejadian terulang. Tangis dan ratapan hanya akan memperdalam kesedihan dalam dada.
Andai kejadian semacam ini melanda kita, kembalikanlah semua kepada Allah dan yakinlah bahwa di balik kegagalan yang melanda pasti ada hikmah tersembunyi. Sayangnya, manusia sering tidak tahu akan hikmah itu. Allah Subhanahu wata’ala menjelaskan bahwa manusia sering tidak paham akan rencana baik-Nya, padahal itu semua dituliskan (ditakdirkan) untuk kebaikan manusia.
Firman-Nya, “…boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal itu adalah baik bagimu. Dan boleh jadi kalian menyukai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu. Sesungguhnya Allah yang Maha tahu, sementara kalian tidak pernah mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216). Ayat ini mengingatkan kita bahwa tidak selamanya yang menurut manusia baik, baik pula menurut Allah. Seringkali karena oleh pengaruh dunia, manusia bersikap egois dan ingin mendapatkan segalanya. Padahal, segala sesuatu itu telah ada ukurannya.